Optimalisasi
Potensi Siswa Melalui Kelas Akselerasi
Oleh
: Swasti Maharani dan Syah Agung P.H
Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
A.
Pendahuluan
Tujuan dari sebuah
pendidikan adalah membentuk manusia seutuhnya, yang dalam bahasa agama lebih
dikenal dengan istilah Insan kaamil. Artinya membentuk manusia yang
sempurna akal fikirannya serta luhur budi pekertinya. Sebuah cita-cita dan
harapan yang sangat indah tetapi tidak mudah untuk mencapainya, bahkan sarat
dengan tantangan yang menghadang. Hal ini disebabkan karena manusia, sebagai
subjek sekaligus objek dalam sebuah pendidikan, adalah makhluk yang kompleks
yang mempunyai potensi yang beragam tiap individunya.
Konsep insan kaamil tadi dalam dunia pendidikan
modern kemudian dipetakan menjadi 3 aspek pendidikan, yaitu aspek kognitif,
aspek afekif, dan aspek psikomotor. Aspek kognitif berhubungan dengan
intelegensi siswa. Aspek afektif berhubungan dengan nilai dan sikap siswa. Sedangkan
aspek psikomotor berhubungan dengan keterampilan siswa.
Sebuah pendidikan
dikatakan berhasil jika ketiga aspek tersebut terwujud dalam diri siswa.
Seiring dengan terus berkembangnya dinamika pendidikan dewasa ini, maka
dibuatlah berbagai program dan inovasi untuk mengakomodasi beragamnya potensi
yang ada dalam diri siswa.
Salah satu
inovasi pendidikan yang saat ini masih hangat dibicarakan adalah kelas
akselerasi, yaitu salah satu tehnik pembelajaran yang mengadakan/ membuka kelas
percepatan, yang mana dalam kelas ini siswa dapat menempuh studi lebih cepat
dari waktu studi pada kelas umum. Program ini dianggap lebih efisien, karena tanpa
menunggu program pengayaan ataupun remedial. Sistem akselerasi ini diharapkan
dapat meningkatkan mutu pendidikan di suatu sekolah, dengan meningkatnya mutu
sekolah maka akan meningkat pula mutu sumber daya manusia para siswa yang
sedang dalam proses pendidikan di sekolah tersebut. Dengan meningkatnya sumber
daya manusia maka sekolah tersebut tentu akan melahirkan lulusan-lulusan yang
mempunyai kualitas dan daya saing yang tinggi.
Para
ahli pendidikan sebagian setuju dan sebagian lain tidak setuju dengan program
itu. Lepas dari setuju atau tidak, kini ada beberapa sekolah yang mulai
mencobanya, dan dari percobaan itu nanti perlu dievaluasi apakah positif atau
tidak. Keuntungan kelas akselerasi adalah, siswa yang bakat intelektualnya
tinggi dibantu secara khusus sehingga mereka mendapatkan bantuan pengajaran
lebih sesuai bakatnya. Mereka akan dapat cepat lulus, diperkirakan setahun
lebih awal dibanding siswa biasa. Dengan program percepatan ini diharapkan
siswa berbakat tidak bosan di kelas yang sama dengan siswa lain, sehingga tidak
mengganggu, mengacau kelas, dan dia dapat terus maju dengan cepat.
Selain
keuntungan, ada beberapa kelemahan dari program kelas akselerasi ini, terlebih
bila dilihat dari segi tujuan pendidikan
yang ingin membentuk karakter menusia secara menyeluruh. Terutama yang berkaitan dengan pendidikan
nilai, karena pendidikan nilai sulit dipercepat.
Dalam
perdebatan persoalan pendidikan nasional akhir-akhir ini banyak dipersoalkan
kurangnya pendidikan nilai di sekolah-sekolah dari SD sampai SMU. Karena
disadari atau tidak, kebanyakan sekolah saat ini terlalu menekankan segi kognitif
saja, tetapi kurang menekankan segi nilai kemanusiaan yang lain. Maka mulai
disadari pentingnya pendidikan nilai, termasuk pendidikan budi pekerti dan
segi-segi kemanusiaan lain seperti segi emosional, religi, sosial, spiritual,
dll dengan digulirkannya kurikulum
berbasis karakter oleh pemerintah.
Pendidikan
nilai memerlukan latihan dan penghayatan yang membutuhkan waktu lama, sehingga
sulit dipercepat. Misalnya, penanaman nilai sosial perlu diwujudkan dalam
banyak tindakan interaksi antarsiswa dan kerja sama. Penanaman nilai
penghargaan terhadap orang lain membutuhkan latihan dan mungkin hidup bersama
orang lain, dan tidak cukup hanya dengan pengajaran pengetahuannya.
Maka
program kelas akselerasi, yang hanya menekankan segi pengetahuan (kognitif), tidak
membantu bahkan mungkin memperburuk penanaman nilai. Maka kita dapat
mempertanyakan bagaimana dengan pendidikan nilai kemanusiaan ini? Apakah
perkembangan emosi, hati, religi, dan sosial dapat diakselerasi? Apakah dengan
pemercepatan lulusan, justru tidak membantu mereka lebih terlalu menekankan
segi kognitif, sehingga segi lain tidak mendapatkan perhatian? Memang dapat
lulus dengan cemerlang dan cepat, tetapi dapat berkembang menjadi kurang peduli
kepada teman lain dan tidak mengerti pergulatan teman lain, kurang sosial,
bahkan emosi mereka tidak berkembang pula.
Tidak
ada sistem yang tanpa cela. Begitu pula dengan kelas akselerasi. Ada segi
positif, ada pula negatifnya. Jika dilihat dari perkembangan dunia global saat
ini yang semakin tinggi sifat kompetisinya, maka kelas akselerasi menjadi salah
satu terobosan alternatifnya. Namun jika menilik trend kelas akslerasi saat ini yang hanya
menekankan aspek kognisi, persoalannya adalah siapkah siswa-siswa akselerasi
untuk benar-benar bersaing di dunia global? Mengingat modal seseorang agar
mampu bersaing di dunia global tidak hanya kepandaian intelegensi saja, melainkan
juga kepandaian emosi, sosial dan spiritual.
Berangkat
dari beberapa permasalahan itu, maka kita harus melihat kembali bagaimana
sebenarnya proses pembelajaran dalam kelas akselerasi dan bagaimana seharusnya
program itu dijalankan agar menghasilkan lulusan yang benar-benar berkompeten
dan punya daya saing tinggi, tidak sekedar mengikuti trend menaikkan image sekolah tertentu saja.
B.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kelas Akselerasi
Akselerasi
dalam menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti (1) percepatan, (2)
peningkatan kecepatan, (3) laju perubahan kecepatan.
Sedangkan
menurut Prof.Dr. Oemar Hamalik (2004:186) akselerasi berarti memberi kesempatan
kepada siswa yang bersangkutan untuk naik ke tingkat kelas berikutnya lebih
cepat ( double promotion) satu atau dua sekaligus. Hal ini tentu saja tidak
dapat dipenuhi bagi semua siswa yang belajar dan bagi yang mampu merupakan
suatu kesempatan untuk mempercepat studinya di sekolah tersebut sehingga dapat
mempersingkat waktu studinya.
Menurut
Dr.E.Mulyasa (2003:161) akselerasi berarti belajar dimungkinkan untuk
diterapkan sehingga siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dapat
menyeleseikan pelajarannya lebih cepat dari masa belajar yang ditentukan.
Akselerasi belajar tidak sama dengan loncat kelas sebab dalam akselerasi
belajar setiap siswa tetap harus mempelajari seluruh bahan yang seharusnya
dipelajari. Akselerasi dapat dilakukan dengan bantuan modul atau lembar kerja
yang disediakan sekolah. Melalui akselerasi belajar peserta didik yang
berkemampuan tinggi dapat mempelajari seluruh bahan pelajaran dengan lebih
cepat dibandingkan peserta didik yang lain.
Menurut Mimin
Haryati (2006:95-96), akselerasi berarti percepatan belajar sebagai implikasi
dari system belajar tuntas ( mastery learning) juga menunjukkan adanya siswa
yang memiliki kecerdasan luar biasa dan mampu mencapai kompetensi yang telah
ditetapkan jauh lebih cepat dan mempunyai nilai yang amat baik (>95). Siswa
yang memiliki kecerdasan luar biasa ini memiliki karakteristik khusus yaitu
tidak banyak memerlukan waktu dan bantuan dalam menyelesaikan percepatan
kompetensi yang telah ditetapkan, misalnya program remedial dan pengayaan dapat
mengganggu optimalisasi belajarnya. Dengan menghadapi peserta didik yang
demikian, seorang guru memberikan pelayanan yang terbaik yang seharusnya
diberikan yaitu program akselerasi ( percepatan belajar), peserta didik
menyelesaikan pencapaian kompetensi dasar yang ditentukan dengan kecepatan luar
biasa yang didukung dengan nilai > 95 , maka sebaiknya tidak perlu diberikan
pengayaan tetapi langsung mempelajari kompetensi dasar selanjutnya. Supaya
program akselerasi dapat terlaksana dengan baik maka program pelajaran perlu
dikemas dalam modul-modul atau paket pembelajaran, tanpa hal ini maka program
akselerasi sulit terlaksana.
Dari beberapa
pengertian tentang akselerasi di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa kelas
akselerasi adalah kelas yang diperuntukkan bagi siswa yang belajarnya
dipercepat sesuai dengan tingkat pemahaman materi sehingga ia dapat menempuh
waktu studinya lebih cepat dari waktu yang ditentukan pada kelas biasa.
2.
Kelebihan Kelas Akselerasi
Southern dan Jones (1991 dalam Hawadi, 2004)
menyebutkan beberapa keuntungan program akselerasi bagi anak berbakat, yaitu:
a.
Meningkatkan efektifitas dan efisiensi belajar
b.
Meningkatkan waktu karier. Karena dengan adanya
pengurangan watu belajar bagi siswa, maka akan meningkatkan produktifitas siswa
di masa yang akan dating.
c.
Ekonomis. Keuntungan bagi sekolah adalah tidak
perlu mengeluarkan banyak biaya untuk mendidik guru khusus anak berbakat
Selain itu, program akselerasi sangat esensial
dalam menyediakan kesempatan pendidikan yang tepat bagi siswa yang cerdas.
Proses yang terjadi akan memungkinkan siswa untuk memelihara semangat dan
gairah belajarnya. Program akselerasi membawa siswa pada tantangan yang
berkesinambungan untuk selalu mengasah sifat kompetisinya. Melalui Program
akselerasi ini, siswa diharapkan akan memasuki dunia professional pada usia
yang lebih muda dan memperoleh kesempatan-kesempatan untuk bekerja produktif
(Hawadi, 2004).
3.
Kelemahan Kelas Akselerasi
Disamping beberapa keuntungan di atas, ternyata
ada beberapa potensi negative yang mengiringi kelas akselerasi. Paling tidak
Southern dan Jones (1991) menyebutkan empat hal yang berpotensi negative dalam
proses akselerasi bagi anak berbakat, yaitu:
a.
Segi Akademis
1.
Bahan ajar yang diberikan terlalu tinggi bagi
siswa akseleran. Hal ini akan membuat mereka menjadi siswa yang tertinggal di
belakang kelompok teman barunya, dan kemungkinan akan menjadi siswa yang
berprestasi sedang-sedang saja.
2.
Meskipun memenuhi persyaratan dalam bidang
akademis, siswa akseleran kemungkinan imatur secara social, fisik dan emosional
3.
Pengalaman-pengalaman yang sesuai untuk anak
seusianya tidak dialami oleh siswa akseleran karena tidak merupakan bagian dari
kurikulum.
b.
Segi Penyesuaian Sosial
1.
Siswa akan didorong untuk berprestasi dalam
bidang akademiknya sehingga mereka kekurangan waktu beraktifitas dengan teman
sebaya
2.
Siswa akan kehilangan aktifitas social yang
penting dalam usia sebenarnya, dan mereka akan mengalami hambatan dalam bergaul
dengan teman sebayanya.
c. Aktivitas
Ekstrakurikuler
Kebanyakan
akifitas ektrakurikuler berkaitan erat dengan usia. Hal ini menyebabkan siswa
akseleran akan berhadapan dengan siswa yang lebih tua dan tidak memberikanya
kesempatan berkembang di luar kurikulum sekolah.
d. Penyesuaian
emosional
1. Siswa
akseleran akan mudah frustasi dengan adanya tekanan dan tuntutan berprestasi
2. Siswa
yang mengalami sedikit kesempatan untuk mebentuk persahabatan pada masanya akan
menjadi terasing atau agresif terhadap orang lain.
3. Adanya
tekanan untuk berprestasi membuat siswa akseleran kehilangan kesempatan untuk
mengembangkan hobi
Dari pemaparan di atas, tampak bahwa kelemahan
kelas akselerasi lebih pada sisi psikologis siswa yang belum tentu siap
menghadapi keadaan-keadaan di luar kendali mereka. Artinya harus segera
dilakukan inovasi-inovasi baru dalam proses pembelajaran kelas akselerasi untuk
mereduksi kelemahan system yang sudah ada.